Kamis, 15 Maret 2012

Hujan Malam Ini


coba kau lihat mataku yang tiba-tiba menjelma cermin
menggambar lagi kelopak matamu
     : perempuan yang tiba-tiba mencemaskan hujan
padahal jarum-jarumnya adalah ketuk dendang malam
yang mengalun mencipta tembang

pada sebuah geguritan matamu itu bercerita
bahwa hujan malam ini teramat dingin
sangat sayang aku tak hendak melihatnya, merasanya
sebab mataku telah tiba-tiba menjelma cermin
yang hanya bisa membaca dari kelopak matamu saja

kini pahamlah kiranya kau
bahwa mata kita adalah mata yang sama!


Sebuah sore di Mempawah
15 Maret 2012

Kamis, 29 Desember 2011

Senja, Rahasianya, dan Tentu Saja Kamu

inilah waktu yang kubilang tempo hari
ketika aku sibuk menambatkan perahu pada tepian hatimu: telaga musim dingin
kau pula bertanya: kapan kita berlayar ke seberang sana?
nanti, akan sampai waktu yang dijanjikan siang
sebab senja juga punya rahasia, kapan kita akan menyiapkan diri untuk tidur lelap
kita kerap begitu tergesa
melempar temali ke tiang-tiang kapal yang entah berwarna apa
kau, juga aku, begitu kerap membicarakannya: warna itu
sayang, hujan membuat setapak jalan di depan kita jadi berlumpur
kita urung membentangkan layar, urung meninggalkan tepi dermaga
tapi inilah waktu yang kubilang tempo hari: waktu yang dijanjikan siang
kita akan menuju senja berdua, membongkar rahasianya
menyiapkan diri
lantas,
kita akan tidur lelap, setelahnya...

25 Februari 2011
...rindu dan setelahnya.

Seuntai Sajak Sederhana

       : buat kamu yang -beberapa tahun yang lalu- telah merampas hatiku...

entah kenapa
tiap mengenang rupamu
rindu berlompatan senantiasa
sesekali juga aku mencoba berenang di sana
di telaga bening matamu
dan kau: tetap seperti biasa
tak pernah tau resah bergetar lewat tanganku
tak pernah tau cinta mencair dalam dekapku
itulah entah kenapa
tiap kusambut senyummu
aku: tetap seperti biasa



Kakanda Redi,
mengenang cinta yang belum terungkap
beberapa tahun yang lalu...

Seikat Senja dan Kita

masih disini, di hampar pepasiran ini
sungai dan gemercik airnya
adalah pesona jelang senja
aku masih ingin kau di sini, dinda
berjalan di sebelahku
menenggelamkan kaki dan membasuh muka sesekali
atau mencipta sendiri riak kecil dan sekedarnya
dan: lihat camar-camar itu, dinda
sekawanan beriring pulang
'tika terbaca petang meremang
aih, mesra: kita bilang
semesra 'tika kukecup keningmu
semanis 'tika kuusap peluhmu
lantas seikat senja ini: juga rahasianya
adalah kita yang tertegun memahami sendiri
arti percumbuan kali ini
kita yang cuma bisa bikin janji
sore esok tetaplah seperti ini: lagi.


12 Juni 2011

...maka aku akan tau

     : kamu yang begitu cantik

cukuplah kiranya kita bersitatap saja
maka aku akan tau
jika besok pagi
akan segera kucipta sebait sajak
tentang tatap matamu: tadi.


25 September 2011
oo.28 wib.

Seroja

seroja... seroja yang cantik
masih ingatkah kamu pada hujan tempo hari?
juga bianglala tak lama setelahnya?
bianglala yang berpendar jelas -dimatamu-
yang tetap kupandang juga meski kau terpejam
ada rindu kini -pada bianglala di matamu- yang kian redup
sebab hujan sendiri yang mengoyak dengan jarum-jarumnya
memejamkan matamu
-meruntuhkan kenangku- juga...

Tarian Cahaya

telah aku tinggal segala kenang di beranda matamu yang sunyi
juga sentuhku yang terasa cepat benar menjadi dingin di genggam tanganmu
sementara mencipta jarak denganmu hanyalah menabur butir-butir rindu saja
menguncup sebagai pelukan yang sebentar nanti akan lekas terasa
saat mataku mulai tersesat pada kerlip tarian cahaya
saat lamunku mulai lebur dalam belantara arus sebuah sungai tua
entah kenapa aku masih juga disini
duduk memandangmu yang sesekali kurupa sebagai riak kecil yang menggelombang
menyentuh segala sesuatu yang kita sebut sebuah kenang
tentang kita yang kadang terhanyut serupa rerantingan
yang singgah pada sebuah negeri yang lain
yang hanya mengenali satu rupa saja
jika tidak kau, tentu aku –masing dari kita pelan berkata-
kita mengerti bahwa setiap sudutnya telahpun sunyi
telahpun gelap
tapi aku punya kau: riak kecil yang menggelombang
yang selalu memantulkan segala tarian cahaya meski selalu senyap
teramat setia, teramat tetap…



18 Oktober 2011
…melihat lagi Kapuas, melihat lagi gerakmu…